Clauda
Alacoquie dan Philiberte Lamyn menamakan anak kelimat dari tujuh anak mereka,
Margareta pada hari kelahirannya, 22 Juli 1647. Margaret yang dilahirkan di
Lauthecourt, Perancis, nyaris tidak mengenal ayahnya karena dia meninggal
karena pneumonia ketika Margaret berusia delapan tahun. Tidak lama setelah
ayahnya wafat, Margaret dikirim ke sekolah asuhan biara dimana di adalah murid
yang unggul sampai ketika berusia sebelas tahun dia menderita demam rematik dan
harus menghabiskan empat tahun selanjutnya berbaring di ranjang.
Sekembalinya
ke rumah keluarganya, Margaret menemukan bahwa keluarganya berada dalam kondisi
keuangan yang sulit sejak ayahnya meninggal. Para kerabat Claude sekarang
menguasai rumahnya dan memperlakukan Philiberte dan anak-anaknya seperti
pembantu rumah tangga. Situasi yang menyedihkan ini berlangsung terus hingga
anak tertua Philiberte menginjak usia dewasa di mata hukum dan kontrol harta
benda keluarga kembali jatuh ke tangan keluarga Philiberte.
Margaret
punya kecintaan yang besar terhadap Yesus sepanjang masa kecilnya. Cintanya
yang kuat kepada Yesus yang hadir di Sakramen Mahakudus, membawanya pada usia
dua puluh dua tahun untuk memasuki komunitas biarawati yang didirikan oleh
St.Franciscus de Sales, yang disebut Tarekat Kunjungan di Paray-le-Monial.
Komunitas ini didirikan atas dasar prinsip kerendahan hati dan tidak
mementingkan diri sendiri, yang mana pengalaman-pengalaman Margaret dibawah
perlakuan kerabat-kerabatnya telah mempersiapkan dirinya dengan baik. Setelah
mengucapkan profesinya, dia diberi nama Maria, yang ditambahkan kepada nama
aslinya Margaret.
Pada
tanggal 27 Desember 1673, hari Pesta St.Yohanes Penginjil, Margaret Maria
mendapat suatu pengalaman unik ketika sedang berdoa di hadapan Sakramen
Mahakudus. Dia merasa seolah tidak lagi sebagai sosok mahluk yang terpisah.
Ditengah pengalaman ini dia merasa seolah Yesus memintanya untuk mengambil
posisi sebagai murid yang dikasihi pada saat perjamuan terakhir. Dia
membayangkan meletakan kepalanya di dada Yesus sehingga dia dapat mendengar
detak jantung-Nya dan mengetahui betapa besar cinta Yesus kepada umat manusia.
Yesus bercerita kepada Margaret Maria kesedihanNya atas ketidak-pedulian
orang-orang atas kasih-Nya.
Biarawati
atasannya tidak menanggapi pengalaman doa Margaret Maria secara serius. Tetapi
ketika Margaret bersikeras atas validitas pengalaman-2 tersebut, atasannya
tersebut menunjuk sejumlah teolog untuk mendengarkan kisah pengalaman Margaret.
Mereka berkesimpulan bahwa Margaret menderita delusi. Margaret menyimpan
penderitaan ini di dalam hatinya hingga romo Claude de La Colombiere, seorang
Yesuit, dipilih sebagai pembimbing spiritualnya. Barulah dia menemukan
seseorang yang percaya bahwa pengalamannya betul-betul terjadi.
Margaret
Maria terus mengalami penglihatan-penglihatan Yesus. Dia menunjukan
jantung-hatinya, yang ditembusi oleh lembing sewaktu peristiwa penyaliban,
kepada Margaret dan mengatakan bahwa hati-Nya itu melambangkan kasih-Nya.
Hati-Nya itu menyala-nyala oleh kasih, dan Tuhan meminta Margaret Maria untuk
memberitakan ini ke seluruh dunia.
Yesus
mengatakan kepadanya bahwa Dia menginginkan suatu pesta gereja yang merayakan
kasih-Nya pada hari Jumat setelah Pesta Agung Corpus Christi (Pesta Tubuh dan
Darah Kristus). Dia juga memberitahukan permintaan-Nya untuk suatu devosi
khusus para hari Jumat pertama setiap bulannya untuk menerima Komuni Kudus
untuk membayar sikap tidak berterima kasih manusia. Margaret Maria merelay
informasi ini kepada pembimbing spiritualnya, romo de La Colimbiere, yang
paling bertanggung jawab atas penyebaran devosi ini. Margaret Maria wafat pada
tanggal 17 Oktober 1690. Setelah penelitian yang sangat seksama atas hidupnya
dan penglihatan-penglihatan yang dialaminya, Margaret Maria dibeatifikasi di
tahun 1864 dan dikanonisasi pada tahun 1920.
Devosi
jaman modern terhadap Hati Kudus Yesus menyebar luas dari Paray-le-Monial tahun
1907 oleh romo Mateo Crawley-Boevey, SSCC. Gerakan ini mendorong orang-orang
untuk mentahtakan lukisan gambar Hati Kudus di rumah-rumah mereka, dan untuk
mengkonsekrasikan diri mereka kepada kasih Yesus yang diberikan kepada kita
semua, dan untuk menghadiri Misa dan menerima Komuni Suci selama sembilan Jumat
Pertama berturut-turut seperti diinstruksikan Yesus kepada St.Margaret Maria
Alacoque. Yesus menjanjikan bahwa siapa yang melakukannya akan diberkati dengan
rahmat ketekunan terakhir dan tidak akan meninggal tanpa sempat menerima
Sakramen terakhir Gereja (sakramen-sakramen terakhir, sebetulnya adalah
sejumlah sakrament yang meliputi perayaan ibadah rekonsiliasi, Viaticum [Komuni
Suci bagi "perjalanan"], dan ibadah pengurapan orang sakit.)
Manusia tidak dinilai dari kepandaian otaknya
saja, tetapi juga dari hatinya. Kalau hati manusia tidak baik, maka kecerdasan
otak malah dapat menjadi suatu malapetaka bagi sesama manusia. Kata “Hati”
sering kita pergunakan dalam pergaulan sehari-hari. Orang yang takut kita sebut
kecil hati. Kekasih disebut jantung hati. Orang yang kecewa disebut kecut hati.
Orang yang berani disebut besar hati.
Seorang gadis jatuh hati kepada seorang
pemuda karena ia baik hati. Segala macam perasaan yang timbul, baik itu
perasaan yang baik ataupun yang jahat, selalu dikaitkan dengan hati. Maka dari
itu orang sering disebut murah hati, lapang hati, sakit hati, patah hati, dan
lain-lain.
Dalam Kitab Suci juga sering ada pembicaraan
tentang hati, seperti dalam kitab Mazmur 7:10, Mazmur 24:4-5, Yer 17:9, 2Raj 8:39,
Mat 5:28, Mrk 7:21. Kita harus meyakini bahwa setiap manusia tidak hanya
mempunyai otak saja, tetapi juga mempunyai hati supaya cinta dapat memahami
maksud dari kebaktian kepada Hati Kudus Yesus.
Yesus telah menjadi manusia. Maka Dia juga
mempunyai perasan dan emosi yang sama seperti kita semua. Kita tidak hanya puas
dengan menyembah-Nya sebagai Tuhan atau hanya dengan mempelajari ajaran serta
rahmat-Nya, kita juga tidak puas hanya dengan mengikuti jejak serta teladan-Nya
saja. Kita ingin mengenal-Nya sebagai manusia secara lebih mendalam.
Cara untuk mengenal batin Yesus antara lain
dengan membaca Injil. Di sana kita dapat melihat Yesus mempunyai emosi-emosi
dapat marah, dapat bersedih, bersimpati,
terharu, bahkan sampai menangis.
Sebagai manusia, Yesus tidak mencoba
menyembunyikan perasaan-Nya. Yang mendorong Yesus untuk melakukan tindakan
adalah perasaan hati-Nya, Hati Yeus. Kita juga mohon agar Tuhan menganugerahi
kepada kita “hati yang baru dan roh yang baru”. Roh Allah menguduskan hati
kita, sehingga dapat menjadi seperti Hati Yesus, yang berdebar seirama dengan
Hati Yesus.
Gereja juga mempunyai hati. Hal ini mau mengatakan bahwa Gereja bukan merupakan
suatu organisasi yang tak berjiwa. Gereja mempunyai hati, karena Gereja terdiri
atas manusia yang mempunyai hati. Terlebih lagi karena Gereja merupakan Tubuh
Kristus. Tubuh hanya dapat hidup jika ada hati yang berdebar-debar.
Kepentingan Gereja sama dengan kepentingan
Kristus sendiri dan juga kepentingan kita semua. Kegembiraan dan keprihatinan
Gereja tak lain daripada kegembiraan dan keprihatinan Kristus dan kita. Doa
juga tak lain daripada doa Kristus dan doa kita.
1.Menerima dan menghargai diri sendiri orang lain, keunikan
dan keanekaragaman. Bersedia saling meminta maaf dan mengampuni dengan tulus.
2.Berfikir, berbicara dan bertindak sesuai
dengan hati nurani yang benar sambil berpegang teguh pada nilai-nilai kebaikan,
kebenaran, keadilan, kejujuran, kesetiaan dan tanggungjawab.
3.Menghormati hidup, harkat, martabat dan
hak-hak azasi manusia dengan memperlakukan orang lain seperti diri sendiri.
4.Memperhatikan dan bermurah hati terhadap
semua orang, khususnya kaum kecil, lemah dan terdiskriminasi. Sapaan, senyuman,
pertolongan dan kerjasama yang jujur dapat mempererat persaudaraan.
5.Berjiwa besar, terbuka, tegas, damai dan
bersikap dewasa menghadapi masalah-masalah besar. Hal-hal sepele tak
sepantasnya dipermasalahkan.
6.Menjauhkan diri dari segala yang berbau
kekerasan, diskriminasi, manipulasi, fanatisme dan segala yang menghalangi
persaudaraan, seperti: sikap yang menganggap diri yang paling benar, paling
berjasa, tertutup, mudah tersinggung, suka mencela, mengeluh dan mencari
kambing hitam.
7.Mendengarkan orang lain dengan hati guna
menjauhkan diri dari prasangka buruk dan menghormati nama baik orang lain.